Paragraf  

Diposting oleh Mr. yoss INSTALLER

BAB V PARAGRAF
5.1 Pengantar
Bab ini merupakan lanjutan dari pembahasan tentang kalimat efektif. Setelah mempelajari bab ini diharapkan mahasiswa selain memahami ciri-ciri dan kriteria paragraf, juga sekaligus mampu menulis dan merangkaikan kalimat-kalimat menjadi paragraf yang memenuhi kriteria paragraf yang baik.
5.2 Standar Kompetensi
Pada akhir pertemuan diharapkan mahasiswa:
a. Memahami pengertian paragraf.
b. Memahami kriteria paragraf yang baik.
c. Mengembangkan kalimat inti menjadi paragraf yang baik.
d. Memahami dan menjelaskan macam-macam paragraf.
e. Mampu menulis bermacam-macam jenis paragraf.
5.3 Materi
5.3.1 Pengertian Paragraf
Paragraf bukan sekadar pembagian konvensional dari bab atau kumpulan dari kalimat-kalimat. Gorys Keraf (1989: 62) menyatakan paragraf merupakan suatu kesatuan pikiran, suatu kesatuan yang lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat. Paragraf merupakan himpunan dari kalimat-kalimat yang bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan. Dalam paragraf, gagasan menjadi jelas oleh uraian-uraian tambahan, yang maksudnya tidak lain untuk menampilkan pokok pikiran tadi secara lebih jelas.
Sementara itu, A. Hamid Hasan Lubis (1994: 111) dalam Glosarium Bahasa dan Sastra yang disusunnya mendefinisikan paragraf sebagai kesatuan bahasa yang mengandung satu tema, mengungkap satu pikiran yang lengkap. Dari sisi kuantitas kalimat, paragraf bisa terbentuk dari satu kalimat, dua kalimat, tiga kalimat, atau sejumlah kalimat sesuai keperluan. Lubis juga menerangkan, biasanya paragraf ditandai dengan cara penulisannya yang dimulai dengan garis baru dan menjorok ke dalam halaman.
Dalam batasan kamus, Kamus Linguistik yang disusun Harimurti Kridalaksana (2001: 154) membatasi paragraf adalah: 1. satuan bahasa yang mengandung satu tema dan perkembangannya; 2. bagian wacana yang mengungkapkan pikiran atau hal tertentu yang lengkap tetapi yang masih berkaitan dengan isi seluruh wacana; dapat terjadi dari satu kalimat atau sekelompok kalimat yang berkaitan. Sedangkan definisi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997: 26/729) paragraf adalah bagian wacana yang mengungkapkan satu pikiran atau satu tema yang lengkap dalam ragam tulis ditandai oleh baris pertama yang menjorok ke dalam atau jarak spasi yang lebih.
Dari beragam sumber tersebut, terdapat satu kesamaan pokok yaitu bahwa dalam setiap paragraf hanya terdapat satu tema atau pokok pikiran. Tema atau pokok pikiran tersebut diperjelas dengan uraian-uraian tambahan dalam bentuk kalimat penjelas, sehingga terbentuklah sebuah paragraf yang baik. Tema atau pokok pikiran bisa jadi muncul tersurat pada salah-satu kalimat yang terdapat didalam paragraf, yang lazim disebut sebagai kalimat utama. Namun, bisa juga hanya muncul tersirat dibalik kalimat pembentuk paragraf tersebut.
Pembagian wacana menjadi paragraf-paragraf dimaksudkan untuk memudahkan pengertian dan pemahaman pembaca. Pembaca dapat mengikuti pokok pikiran penulis sedikit demi sedikit dalam setiap paragraf yang tersusun dalam tulisannya. Dengan mengikuti satu demi satu gagasan yang terkandung dalam setiap paragraf, pembaca akhirnya akan menangkap pesan yang disampaikan penulis melalui tulisannya secara utuh.
Sebuah karangan yang tidak dibagi dalam paragraf-paragraf pasti akan sangat meyulitkan pembacanya. Pembaca akan kelelahan dan jenuh menghadapi seluruh karangan sekaligus, terlebih jika karangan tersebut cukup panjang. Pembaca seakan-akan dipaksa untuk terus membaca sampai selesai, tanpa memberinya kesempatan untuk berhenti sejenak untuk kemudian memusatkan konsentrasi kembali. Paragraf sebenarnya tak ubahnya seperti anak tangga. Pembaca (ibarat pemanjat) akan sangat sulit sampai pada puncak pemahaman dengan sekali lompat, jika anak tangga yang menjadi penolong tidak tersedia.
Dengan adanya paragraf-paragraf, pembaca akan tahu di mana pokok gagasan dimulai dan di mana berakhirnya, untuk berikutnya berpindah lagi ke gagasan berikutnya. Begitu seterusnya sampai selesai. Dengan demikian, pembaca dapat dengan mudah menapaki anak-anak tangga tanpa menjumpai kesulitan, karena gagasan-gagasan pokok ditata berurutan menuju ke suatu pengertian yang total, yang hendak disampaikan karangan itu.

5.3.2 Panjang Paragraf
Tidak terdapat batasan yang tegas menyebutkan berapa banyak jumlah kalimat yang diperlukan untuk sebuah paragraf. Panjang-pendeknya sangat ditentukan oleh banyak sedikitnya penjelasan yang diperlukan untuk menerangkan gagasan yang akan dibahas dalam paragraf dimaksud. Bila gagasan yang dibahas rumit, tentu diperlukan banyak kalimat penjelas untuk menerangkannya, sehingga paragraf menjadi panjang. Sebaliknya, jika gagasan yang dibahas sederhana, tentu tidak diperlukan kalimat penjelas yang banyak, sehingga paragraf cukup terdiri atas beberapa kalimat saja.
Paragraf yang terlalu pendek, misalnya cuma terdiri dari satu kalimat yang pendek pula, tentu kurang baik. Paragraf yang demikian seakan hanya sebuah percikan gagasan yang tidak dikembangkan dengan baik. Ia akan menjadi kabur dan kaku. Gagasan pokok yang ditampilkan menjadi kering dan gersang. Karangan yang tersusun atas paragraf-paragraf yang demikian tentu akan menyulitkan pembaca menangkap gagasan yang disajikan penulis.
Sebuah paragraf yang baik harus dapat menjelaskan gagasan pokok yang dikandungnya secara gamblang. Satu kalimat barangkali belum cukup untuk menjelaskan gagasan pokok yang ingin dibahas, maka perlu ditambah dengan kalimat kedua, ketiga, keempat dan seterusnya, sampai menjadi jelas. Misalnya, jika pada kalimat pertama termuat gagasan pokok berupa pernyataan, maka berikutnya dibutuhkan argumentasi-argumentasi untuk membuktikan atau memperkuat pernyataan penulis. Kalimat kedua dan kalimat-kalimat selanjutnya memuat argumentasi-argumentasi tersebut.
Sebaliknya, sebuah paragraf yang terlalu panjang, yang terlalu berambisi untuk menjelaskan sebuah gagasan pokok yang agak besar sekaligus, juga kurang baik. Paragraf semacam ini umumnya tersusun dari banyak kalimat. Banyaknya kalimat akan membuat pembaca kepayahan dan sulit mengikuti alur penalaran penulis. Paragraf yang terlampau panjang seringkali justru kabur pokok gagasannya, karena penulis sulit mempertahankan kepaduan dan keruntutan kalimat-kalimat penjelas yang disusunnya. Untuk memudahkan pemahaman pembaca, gagasan pokok yang agak besar ada baiknya dipecah dalam dua atau tiga bagian. Tiap-tiap bagian dapat dikembangkan menjadi satu paragraf tersendiri. Kalimat-kalimat penjelas yang tidak perlu, yang hanya membuat paragraf menjadi terlalu panjang dan berbelit-belit, harus dihindari atau dihilangkan. Suguhkan kepada pembaca, paragraf yang berisi uraian gagasan yang singkat dan jelas. Uraian yang singkat dan jelas mudah dicerna oleh pembaca.
Perhatikan contoh paragraf yang baik, berikut ini.
Yang dimaksud dengan studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek dilaksanakan dengan berhasil. pengertian keberhasilan ini mungkin bisa ditafsirkan agak berbeda-beda. Ada yang menafsirkan dalam artian yang lebih terbatas, ada juga yang mengartikan dalam artian yang lebih luas. Artian yang lebih terbatas, terutama dipergunakan oleh pihak swasta yang lebih berminat tentang manfaat ekonomis suatu investasi . sedangkan dari pihak pemerintah atau lembaga nirlaba (nonprofit), pengertian menguntungkan bisa dalam arti yang lebih relatif. Mungkin dipertimbangkan berbagai faktor seperti manfaat bagi masyarakat luas yang bisa berwujud penyerapan tenaga kerja, pemanfaatan sumberdaya yang melimpah di tempat tersebut, atau faktor yang lain. Bisa juga dikaitkan, misalnya, dengan penghematan devisa atau pun penambahan devisa yang diperlukan pemerintah.
(Husnan dan Suwarsono. 1994: 4)

Sebentar lagi Bank Indonesia akan mengumumkan sebuah paket kebijakan baru tentang perbankan. Saking pentingnya, konon berbagai aturan baru ini hendak diumumkan sendiri oleh Presiden Susilo Bambang Yudoyono. Banyak pihak terlibat penyusunan beragam aturan ini. Pejabat BI, pejabat Departemen Keuangan, serta para bankir ikut menggodoknya.
(KONTAN No. 15 Tahun IX, 17 Januari 2005)
5.3.3 Pembentukan Paragraf
Paling tidak terdapat tiga syarat yang harus dipenuhi dalam pembentukan paragraf. Tiga syarat tersebut adalah:
 Kesatuan yang dimaksud adalah bahwa semua kalimat yang membina paragraf itu secara bersama-sama menyatakan suatu hal, suatu tema tertentu.
 Koherensi yang dimaksud adalah kekompakan hubungan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain yang membentuk paragraf itu.
 Perkembangan penalaran yang jelas yaitu penyusunan atau perincian gagasan-gagasan yang membentuk paragraf itu.
Untuk lebih jelasnya, masing-masing akan diuraikan secara lebih terperinci berikut ini.
5.3.3.1 Kesatuan paragraf
Secara singkat telah dikemukakan di atas, yang dimaksud dengan kesatuan ialah bahwa bahwa semua kalimat yang membina paragraf itu secara bersama-sama menyatakan suatu hal, suatu tema tertentu. Kesatuan di sini tidak bolehdiartikan bahwa ia hanya memuat satu hal saja. Sebuah paragraf yang memiliki kesatuan bisa saja mengandung beberapa hal atau beberapa perincian, tetapi semua unsur tadi harus bersama-sama digerakkan untuk menunjang sebuah maksud tunggal atau sebuah tema tunggal. Maksud tunggal itulah yang ingin disampaikan oleh penulis dalam paragraf tersebut.
Karena fungsi setiap paragraf adalah untuk mengembangkan gagasan tunggal, maka tidak boleh terdapat unsur-unsur yang sama sekali tidak mempunyai pertalian dengan maksud tunggal tadi. Penyimpangan-penyimpangan dari maksud tunggal tadi hanya akan mempersulit pembaca. Penyimpangan-penyimpangan itu dapat berbentuk:
 pertama , pemasukan sebuah sisipan atau interupsi dalam urut-urutan gagasan yang ada.
 kedua, sebuah penyimpangan secara gradual dari tema yang harus dibina oleh paragraf itu, yaitu setiap kalimat berikutnya semakin menyimpang dari tujuan utamanya.
Untuk memberi gambaran yang jelas tentang kesatuan yang terkandung dalam sebuah paragraf, berikut ini ditampilkan satu contoh yang baik.
Ada ribuan macam sertifikat yang sekarang ini diperlukan di dalam bisnis. Selain sertifikasi yang dilakukan oleh para surveyor, ada pula sertifikat-sertifikat yang dikeluarkan oleh asosiasi perusahaan dan lembaga profesi. Menurut seorang pejabat Departemen Perdagangan yang menangani bidang sertifikasi, sertifikasi ini penting untuk melindungi konsumen, sehingga mutu barang beredar di masyarakat sesuai dengan standar.
(KONTAN No. 15 Tahun IX, 17 Januari 2005)

Pada contoh di atas dapat dilihat bahwa paragraf itu hanya mengandung satu gagasan pokok, yaitu “ada bermacam-macam sertifikat yang dibutuhkan dalam bisnis”. Gagasan itu kemudian diperinci atau dikembangkan lebih jauh dalam kalimat-kalimat berikutnya.
Sebaliknya, coba perhatikan paragraf di bawah ini dan coba identifikasi ide pokok yang terkandung di dalamnya.
Kalau sudah ngomong susu, yang terdengar adalah keluhan-keluhan bernada dalam. Apalagi di kalangan ibu-ibu yang mempunyai bayi: betapa kian mahal harga susu, kian tak terbeli. Tapi, berbagai keluhan itu rupanya tenggelam dalam keriuhan bisnis besar yang amat menggiurkan. Tak usah bicara soal kebutuhan susu semua usia, susu untuk di bawah lima tahun saja, ceruk pasarnya demikian besar. Jadi, tak heranlah bila produsen susu menjadi begitu gemuk-gemuk. Pemain asing seperti Mead Johnson pun menyambar peluang emas ini.

Paragraf ini mengandung beberapa ide pokok. Kalimat pertama dan kedua mengandung ide pokok tentang “keluhan-keluhan konsumen susu”. Kalimat ketiga masih memiliki andil dalam menunjang menjelaskan ide pokok yang terdapat pada kalimat pertama dan kedua, walaupun telah agak melebar dengan munculnya ide “bisnis susu adalah bisnis besar yang menggiurkan”. Kalimat keempat dan seterusnya sudah menyimpang jauh dari ide pokok yang dibahas pada kalimat pertama sampai ketiga. Pada kalimat keempat ide pokok yang dikembangkan adalah “ceruk pasar bisnis susu”. Kalimat kelima dan keenam membahas ide pokok yang lain lagi, yaitu kondisi produsen susu dan ketertarikan produsen susu asing yang tertarik untuk “bermain” di negeri ini.
Paragraf di atas dapat dikatakan tidak memiliki kesatuan. Sesuai dengan jumlah tema yang terkandung di dalamnya, maka paragraf itu harus dipecahkan sekurnag-kurangnya menjadi empat paragraf. Masing-masing perlu dikembangkan lebih lanjut menjadi sebuah paragraf yang benar-benar terperinci. Begitu pula perlu dicari hubungan antara paragraf pertama, paragraf kedua, paragraf ketiga, dan paragraf keempat, sehingga terjalin sebuah urutan penalaran yang logis.
Gagasan utama atau gagasan pokok yang dikembangkan dalam sebuah paragraf biasanya ditempatkan dalam sebuah kalimat topik atau kalimat pokok. Sedangkan kalimat-kalimat lainnya yang turut membina paragraf itu memuat perincian-perincian lebih lanjut dari gagasan utama tadi.
Kalimat utama atau kalimat pokok adalah sarana dari gagasan yang dikembangkan dalam paragraf. Perkembangan paragraf bisa mendahului penampilan sebuah gagasan utama, tergantung dari metode pengembangan paragraf yang dipilih penulis. Misalnya bila seorang penulis ingin memberi evidensi tertentu menuju pada kesimpulan, maka konklusi pada akhir paragraf tersebut merupakan kalimat utamanya. Atau ia dapat menghidangkan konklusinya pada awal paragraf, baru kemudian mengemukakan evidensi-evidensi untuk memperkuat konklusinya tadi. Sebab itu persoalan penempatan kalimat topik merupakan suatu faktor yang benar-benar harus diperhatikan untuk menyusun sebuah paragraf yang baik.
Jadi, dalam tulisan-tulisan yang baik, terdapat empat macam cara untuk menempatkan sebuah kalimat topik atau kalimat utama yaitu:
a. Pada awal paragraf
Pengertian awal paragraf ini dapat merupakan kalimat pertama, dapat juga kalimat kedua. Dengan menempatkan kalimat pokok pada awal paragraf, gagasan sentral akan mendapat penekanan yang wajar. Paragraf semacam ini biasanya bersifat deduktif yaitu mula-mula mengemukakan pokok persoalan, kemudian menyusul uraian-uraian yang terperinci. Kalimat-kalimat lain dalam paragraf tersebut harus dipusatkan untuk memperjelas ide atau gagasan sentral yang dikembangkan.
Perhatikan contoh paragraf yang kalimat pokoknya terletak di awal paragraf berikut ini.
Lima tahun terakhir demam syariah melanda di mana-mana. Bukan hanya bank-bank berebut mendirikan cabang syariah. Pelbagai lembaga pembiayaan (refinancing) juga memproklamasikan diri sebagai lembaga yang telah menerapkan sistem tanpa bunga. Sampai-sampai, banyak pihak membuat divisi syariah di perusahaannya.

Paragraf di atas memperlihatkan bahwa kalimat pertama merupakan kalimat topik yang mengandung gagasan pokok “kecenderungan pembentukan lembaga syariah”. Kalimat-kalimat berikutnya berisi argumentasi-argumentasi yang menunjang dan memperjelas kalimat pokok tersebut.
b. Pada akhir paragraf
Kalimat topik dapat pula ditempatkan pada bagian akhir paragraf. Paragraf yang kalimat pokoknya berada diakhir paragraf bersifat induktif. Menyusun paragraf seperti ini memerlukan keterampilan lebih dari penulis. Penulis harus mampu menyusun kalimat sehingga dapat mencapai klimaks pada kalimat pokok yang terdapat pada akhir paragraf. Cara ini lebih sulit, tetapi lebih efektif, terutama dalam mengemukakan argumentasi. Perhatikan contoh berikut ini.
Manfaat dan peran tanaman perambat ini diakui oleh masyarakat dari Aceh sampai Papua. Orang Aceh menyebutnya ranub. Di Batak Karo sebutannya belo; Cuma Batak Toba lebih suka bilang demban. Di Nias nama populernya lahina atau lawuo. Di Palembang orang menyebutnya sireh atau sirih. Begitu juga di Minang, suruh atau sirih. Orang Sunda biasanya menamai seureuh. Tapi, di Lampung mereka menjuluki canbai. Sebutan sirih lebih biasa populer. Memang, sirih atau pepper betle sangat lekat dalam perikehidupan masyarakat Indonesia.

Paragraf di atas memperlihatkan bahwa gagasan utama terdapat pada kalimat yang terakhir, yang sekaligus menjadi kalimat topiknya. Kalimat-kalimat sebelumnya merupakan rincian atau penjelasan yang berisi pokok-pokok pikiran kecil-kecil yang disusun sekian macam, yang kemudian beransur-angsur menuju pada klimaks atau gagasan utamanya pada akhir kalimat, yaitu “masyarakat Indonesia dari Aceh sampai Papua sangat mengenal khasiat daun sirih”.
c. Pada awal dan akhir paragraf
Kalimat topik dapat pula ditempatkan pada bagian awal dan akhir dari paragraf. Dalam hal ini kalimat terakhir sering mengulangi gagasan dalam kalimat pertama dengan sedikit tekanan atau variasi. Perhatikan contoh berikut ini.
Angka persetujuan penanaman modal asing (PMA) dan penanaman modal dalam negeri (PMDN) di Indonesia selama tahun 2004 mengalami penurunan. PMA turun 27 persen lebih rendah dibanding tahun tahun 2003. Total pencapaian PMA tahun 2004 adalah 10, 26 miliar dolar AS. Sementara itu, penanaman modal dalam negeri (PMDN) yang tercatat di Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) tahun 2004 adalah 36, 75 triliun rupiah. Lebih rendah 51, 54 dari tahun 2003 yang mencapai nilai investasi 50, 75 triliun rupiah. Perbandingan ini menunjukkan betapa PMA dan PMDN selama kurun 2003 sampai 2004 mengalami penurunan yang sangat signifikan.

Kutipan di atas menunjukkan bahwa kalimat topik yang terdapat pada awal paragraf “Angka persetujuan penanaman modal asing (PMA) dan penanaman modal dalam negeri (PMDN) di Indonesia selama tahun 2004 mengalami penurunan” diulang kembali pada akhir paragraf itu tetapi dengan sedikit perubahan, yaitu “Perbandingan ini menunjukkan betapa PMA dan PMDN selama kurun 2003 sampai 2004 mengalami penurunan yang sangat signifikan”.
d. Pada seluruh paragraf
Kalimat topik atau kalimat utama dapat juga termuat dalam seluruh paragraf. Dalam hal ini terdapat kalimat yang khusus yang menjadi kalimat topiknya. Paragraf semacam ini terutama dijumpai dalam uraian-uraian yang bersifat deskriptif atau naratif. Paragraf yang demikian ini dapat dilihat pada contoh berikut ini.
Enampuluh tahun yang lalu, pagi-pagi tanggal 30 Juni 1908, suatu benda cerah tidak dikenal melayang menyusur lengkungan langit sambil meninggalkan jejak kehitam-hitaman dengan disaksikan oleh paling sedikit seribu orang di pelbagai dusun Siberia Tengah. Jam menunjukkan pukul 7 waktu setempat. Penduduk desa Vanovara melihat benda itu menjadi bola api menyilaukan di atas hutan cemara sekitar sungai Tunguska. Kobaran api itu membentuk cendawan membubung tinggi ke angkasa, disusul ledakan dahsyat yang menggelegar bagaikan guntur dan terdengar sampai lebih dari 1. 000 km jauhnya (Intisari. Pebruari 1969 dikutip dari Keraf. 1994: 74).

Sukar sekali untuk mencari sebuah kalimat topik dalam paragraf di atas, karena seluruh paragraf bersifat deskriptif atau naratif. Tidak ada kalimat yang lebih penting dari yang lain. Semuanya sama penting dan bersama-sama membentuk kesatuan dari paragraf tersebut.
Akhirnya perlu dikemukakan sekalli lagi bahwa tujuan dari kalimat-kalimat topik atau kalimat pokok adalah untuk menuntun para pembaca menelusuri seluruh paragraf itu. Pembaca memerlukan petunjuk-petunjuk bagaimana gagasan itu terbentuk, serta bagaimana detail-detail atau bbagian-bagian perinciannya harus disusun. Detail-detail atau perincian itu merupakan ide-ide tambahan atau gagasan bawahan dari gagasan utama yang terdapat dalam sebuah kalimat utama.
5.3.3.2 Koherensi
Syarat kedua yang harus dipenuhi oleh sebuah paragraf adalah bahwa paragraf itu harus mengandung koherensi atau kepaduan yang baik. Kepaduan yang baik itu terjadi apabila hubungan timbal balik antara kalimat-kalilmat yang membina paragraf itu baik, wajar dan mudah dipahami tanpa kesulitan. Pembaca dengan mudah mengikuti jalan pikiran penulis, tanpa merasa bahwa ada sesuatu yang menghambat atau memisahkan sebuah kalimat dari kalimat yang lainnya, tidak terasa loncatan-loncatan pikiran yang membingungkan.
Sebuah paragraf dapat juga membentuk suatu kesatuan yang kompak, walaupun mungkin kepaduan atau koherensinya tidak ada. Kesatuan tergantung dari sejumlah gagasan bawahan yang bersama-sama menunjang sebuah gagasan utama yang biasanya dinyatakan dalam sebuah kalimat topik. Sebaliknya kepaduan tergantung dari penyusunan detail-detaik dan gagasan-gagasan sekian macam sehingga pembaca dapat melihat dengan mudah hubungan anttara bagian-bagian tersebut. Jika sebuah paragraf tidak memiliki kepaduan ini, maka tampaknya seolah-olah pembaca hanya menghadapi suatu kelompok kalimat, yang masing-masing berdiri lepas dari yang lain, masing-masing dengan gagasannya sendiri, bukan suatu uraian yang integral. Pendeknya sebuah paragraf yang tidak memiliki kepaduan yang baik, akan menghadapkan pembaca dengan loncatan-loncatan pikiran yang membingungkan, menghadapkan pembaca dengan urutan-urutan waktu dan fakta yang tidak teratur, atau pengembangan gagasan utamanyadengan perincian-perincian yang tidak lagi berorientasi kepada pokok utama tadi.
Perhatikan contoh paragraf berikut ini.
Ada yang demam program operasi open source. Dan, masih banyak oranyg yang belum melek terhadap sistem ini. Buahnya, beberapa tahun terakhir lembaga pelatihan Linux menggurita bak cendawan di musaim hujan. Beberapa yang cukup besar adalah Linuxindo, Inixindo, e-Linux, dan BinusCenter. Dengan menawarkan berbagai paket belajar cepat Linux, rasa penasaran orang terhadap program operasi baru ini diharapkan bisa terjawab.
Target yang dibidik adalah perusahaan-perusahaan yang sedang menjajaki atau pengin menapaki program baru ini. Maklum, tak semua perusahaan mau ambil resiko melakukan migrasi dari program Windows ke program baru, entah itu Linux maupun FreeBSD. Yang paling aman yakni memakai jasa pelatihan Linux ini. Apalai paket program yang ditawarkan juga meliputi konsultan pengelolaan dan migrasi sistem Linux.
(KONTAN No. 15 Tahun IX, 17 Januari 2005)

Dua kutipan paragraf di atas memperlihatkan bahwa kepaduan antara kalimat-kalimat yang membina kedua paragraf itu baik dan kompak, di samping terdapat kesatuan yang jelas. Kepaduan atau koherensi lebih ditekankan pada hubungan antar kalimat, yaitu apakah transisi dari sebuah kalimat ke kalimat yang lain itu berjalan lancar atau tidak. Sebaliknya kita dapat melihat kembali contoh paragraf di bawah ini, yang menunjukkan tiadanya kepaduan antar kalimat-kalimat pembentuknya.
Kalau sudah ngomong susu, yang terdengar adalah keluhan-keluhan bernada dalam. Apalagi di kalangan ibu-ibu yang mempunyai bayi: betapa kian mahal harga susu, kian tak terbeli. Tapi, berbagai keluhan itu rupanya tenggelam dalam keriuhan bisnis besar yang amat menggiurkan. Tak usah bicara soal kebutuhan susu semua usia, susu untuk di bawah lima tahun saja, ceruk pasarnya demikian besar. Jadi, tak heranlah bila produsen susu menjadi begitu gemuk-gemuk. Pemain asing seperti Mead Johnson pun menyambar peluang emas ini.
5.3.3.3 Perkembangan paragraf
Perkembangan paragraf harus dijaga agar jangan sampai mengambang ke satu arah yang tidak relevan untuk menjelaskan gagasan pokok. Misalnya paragraf dimulai dengan kalimat inti yang menyebutkan gagasan pokok yang hendak disampaikan. Maka, perkembangannya tidak boleh tidak, harus menjelaskan gagasan pokok tadi dalam kalimat-kalimat berikutnya, dengan selalu berpegang pada prinsip kesatuan dan koherensi. Di sini, perkembangan paragraf diarahkan untuk memperkuat memberikan argumentasi atau mengongkretkan pernyataan atau gagasan pokok yang dilansir dalam kalimat inti di awal paragraf.
Tiga syarat pembentukan paragraf telah dikemukakan. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih konkret kita perhatikan kembali contoh-contoh berikut ini.
Revolusi yang melanda Iran ternyata juga tunduk pada hukum-hukum sosiologi politik. Revolusi itu lahir bukan secara tiba-tiba. Sebagaimana lazimnya sebuah revolusi politik, ia juga dimulai dari tahap ketidakpuasan. Selama bertahun-tahun rakyat Iran dicekam oleh kerisauan sosial. Program modernisasi yang dilancarkan Shah – untuk mewujudkan impiannya agar Iran pada tahun 2000 segera memasuki kehidupan modern abad keduapuluh satu dari dunia abad keenambelasnya – telah mengabaikan begitu saja kerisauan dan kejemuan rakyatnya, rakyat yang merasa bahwa perubahan-perubahan yang digerakkan Sang Raja justru akan menghancurkan dan mengancam pandangan dan tatakehidupan mereka. Pandangan hidup materialistis yang dipompakan di Iran, semakin lebarnya jarak antara lapisan rakyat atas dan lapisan bawah, korupsi yang merajalela, niagawan-niagawan lapisan menengah (kaum Bazari) yang tidak banyak memperoleh kemudahan dalam berusaha, pemimpin-pemimpin agama yang sakit hati karena kemesraan hubungan antara Iran dengan Israel dan Afsel; semua itu merupakan beberapa hal yang merisaukan. Menimbunnya perasaan tidak puas itu semakin lama semakin luas dan dalam. Dan Ayatullah Ruhullah Khomeini telah berhasil menerjemahkan ketidakpuasan itu menjadi perasaan anti Shah maupun monarkhi (Al Ghozie Usman. Arena. Maret-April. 1979)

Mari kita kaji contoh paragraf di atas. Paragraf ini dikembangkan dengan pola deduktif, yaitu mengemukakan gagasan pokok terlebih dahulu alam kalimat inti di awal paragraf, kemudian kalimat-kalimat berikutnya memperjelas secara lebih rinci. Gagasan pokok yang hendak diuraikan dalam paragraf tersebut adalah revolusi yang melanda Iran ternyata juga tunduk pada hukum-hukkum sosiologi politik, yaitu dimulai dari tahap ketidakpuasan, sseperti disebutkan dalam kalimat-kalimat permulaan. Kalimat-kalimat berikutnya, seperti kita lihat, mengembankan gagasan pokok tadi secara teratur. Kalimat-kallimat itu diperlukan untuk membuktikan tunduknya revolusi Iran pada hukum-hukum sosiologi politik yang dimulai dari ketidakpuasan.
Dengan demikian paragraf tersebut telah memenuhi syarat sebagai paragraf yang baik dan efektif. Gagasan pokoknya jelas, dinyatakan dalam sebuah kalimat utama. Koherensinya pun baik; jua kesatuannya. Meskipun paragrafnya agak panjang, tetapi tidak mengambang atau berbelit-belit.
5.3.4 Kalimat Inti Dan Pengembangan Paragraf
Kalimat inti atau kalimat utama bertugas memberitahukan kepada pembaca gagasan pokok yang akan dibicarakan dalam paragraf dimaksud. Karena karangan terdiri dari paragraf-paragraf yang memiliki kesatuan yang utuh, maka kalimat inti (khususnya yang bersifat deduktif) biasanya terletak di awal paragraf, juga berfungsi menghubungkan paragraf itu dengan paragraf sebelumnya. Apabila kalimat inti tidak dapat secara langsung menjadi penghubung dengan kalimat sebelumnya, untuk lancarnya karangan bisa diberikan kalimat penghubung khusus yang mendahului kalimat inti itu dalam sebuah paragraf.
Kalimat inti yang baik umumnya mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
 Dirumuskan secara menarik.
 Terlibat hubungan logis denngan paragraf sebelumnya.
 Dirumuskan cukup umum agar dapat dikembangkan dalam paragrafnya.
 Juga dirumuskan secara cukup spesifik sehingga pembaca tahu apa yang hendak dikemukakan pengarangnya.
Sebagai contoh, perhatikan paragraf di bawah ini.
Tahun 2005 bakal menjadi tonggak yang sangat penting bagi industri reksadana di Indonesia. Pasalnya, mulai satu Januari tahun ini Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) memberlakukan sebuah peraturan reksadana baru yakni Peraturan No. IV. C. 2 tentang Nilai Wajar Efek dalam Portofolio Reksadana. Aturan baru ini diyakini bakal mengubah cara menejer investasi (MI) dalam menilai hasil investasi reksadana-reksadana mereka.
Berdasarkan aturan baru ini, MI tak bisa lagi menilai hasil investasi reksadana berbasis obligasinya dengan seenaknya. Untuk mengukur hasil investasi di bursa saham, MI harus berpatokan pada harga saham di bursa efek. Sementara itu, untuk menghitung hasil investasi di efek surat utang atawa obligasi, MI harus mengacu suatu harga referensi (reference price) yang ditentukan oleh Bapepam.

Kalimat pertama dalam paragraf kesatu contoh di atas merupakan kalimat inti, karena di situ terdapat gagasan pokok yang hendak diuraikan, yaitu “tahun 2005 bakal menjadi tonggak sejarah bagi industri reksadana”. Kalimat kedua dan selanjutnya merinci sejumlah fakta yang menjadi argumentasi untuk memperjelas gagasan pokok yang dikemukakan dalam kalimat inti pada kalimat pertama.
Kalimat pertama pada paragraf kedua juga merupakan kalimat inti, gagasan pokok yang dibahas adalah “…manejer investasi tak bisa lagi menilai hasill investasi seenaknya”. Perumusan kalimat pertama pada paragraf kedua ini dapat dikatakan cukup baik. Secara logis, kalimat itu pun memperlihatkan hubungan yang baik dengan paragraf sebelumnya yang membahas soal peran manejer investasi. Perumusan juga cukup umum, namun tetap spesifik pula. Buktinya, kelimat inti dapat dikembangkan dengan kalimat-kalimat selanjutnya; dan juga cukup spesifik karena pembaca segera paham tentang inti permasalahan yang hendak diuraikan. jadi, perumusan kalimat inti dalam paragraf kedua pada contoh di atas memiliki ciri-ciri kalimat inti yang baik.
Lalu, bagaimana cara mengmbangkan kalimat inti dalam sebuah paragraf? Beberapa hal yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Mengembangkan kalimat inti dengan menyajikan hal-hal khusus, misalnya:
Lalu lintas di perempatan jalan itu tampak ruwet. Polisi yang jaga sudah tidak ada lagi. Lampu pengatur lalu lintas (traffic light) telah macet sejak sebulan yang lampau. Di samping jalan ke arah pasar ada sebuah truk yang sedang mogok. Hari begitu panas dan persis saat itu pemakai jalan sedang banyak-banyaknya. Anak-anak sekolah dan pegawai kantor juga sedang pulang. Mobil, sepeda motor, bemo, becak, sepeda, menjadi campur aduk dan lintang pukang di perempatan itu.

2. Mengembangkan kalimat inti dengan mengadakan perbandingan atau perlawanan. Ini dimaksudkan untuk menggambarkan atau menjelaskan pokok persoalan dengan memberikan gambaran yang lebih sederhana, lebih konkret. Dengan perbandingan ditunjukkan kesamaan dan dengan perlawanan diperlihatkan perbedaan, misalnya:
Ilmu pengetahuan yang kita miliki memang sangat terbatas. Kalau kita umpamakan ilmu itu lautan, ilmu yang kita miliki kini hanyalah setetes dari lautan yang luas itu. …

Kemudian,
Matematika amat sukar baginya. Tak pernah ia memperoleh angka sampai enam saja. Tertapi kalau bahasa Inggris, jangan ditanya, ia palling unggul dikelasnya. Tak pernah ia mendapat angka di bawah sembilan. …

3. Mengembangkan paragraf menurut corak kronologis, misalnya:
Berkali-kali kupanggil namanya, tak ada sahutan. Mula-mula tak begitu kuhiraukan. Mungkin lai tidur atau memang tak mendengar panggilanku, pikirku. Tetapi setelah berkali-kali dan agak lama kupanggil, namun tak ada sahutan, aku mulai berpikir, jangan-jangan ada sesuatu yang terjadi atas diri sahabatku itu. Perasaanku pun seperti berfirasat yang bukan-bukan. Kuberanikan diriku mengetuk pintu kamarnya. Tok, tok, tok, “Rahman!” panggilku. Tak ada juga jawaban. Sku semakin cemas dan berpraasangka. Kugedor dan kugedor lagi pintunya. Juga tak terdengar sahutan. Pintu kubuka secara paksa; engselnya patah. Di kamar, ternyata tak kujumpai si Rahman. “Kurang ajar!” gumamku sendirian, merasa terpedaya. Ketika aku keluar dari kamarnya, Rahman yang kucari-cari itu datang dari sumur. Baru mandi rupanya dia.

4. Mengembangkan penuturan dengan menyatukan detail-detail yang saling berhubungan. Detail-detail dapat dihubungkan menjadi satu paragraf apabila dapat menggambarkan sifat-sifat khusus seorang pribadi, atau bagian suatu pemandangan, atau segi-segi suatu masalah. Misalnya:
Kesan pertama setelah berjumpa dengan tokoh ini adalahmenyenangkan, tetapi wibawanya tetap memantul. Perawakannya sedang; tidak terlalu besar dan tidak pula terlalu kecil. Rambutnya lurus; disisir ke belakang. Dahinya lebar, kata orang menandakan pandangannya yang luas. Kulitnya agak hitam, tidak terlalu hitam. Bicaranya kalemm dan hati-hati. Nada bicaranya bersahabat, tidak seperti menggurui. Apa yang akan dikeluarkan mulutnya tampak telah melewati saringan pikiran yang arif.

5. Mengembangkan penuturan dengan pernyataan-pernyataan yang ditata secara logis. Misalnya:
Pola hidup sederhana memang layak dibudayakan untuk membensung kerawanan-kerawanan sosial. Akan tetapi tidak layak kalau pola hidup itu digembar-gemborkan ke tengah masyarakat di mana taraf hidupnya memang tak pernah tinggi. Pola hidup sederhana selayyaknya diketenggahkan kepada mereka yang tak pernah merassa puas menyakiti hati rakyat kecil dengan mempertontonkan empat-lima buah mobil pribadi dan/atau barang-barang yang serba luks. Tetapi anehnya, pola hidup sederhana ini, menurut pengamatan kita justru lebih ditunjukkan kepada mereka yang bertaraf hidup rendah. Lihatlah, misalnya, bagaimana gemarnya pejabat dari kota yang masuk desa dan berceramah tentang perlunya mendukung pola hidup sederhana. Padahal kita tahu, masyarakat desa sering selalu menahan pahit getirnya hidup sehari-hari. Dan lebih aneh lagi bahwa justru tukang-tukang pidato yang suka menggembar-gemborkan pola hidup sederhana itulah yang suka mempertontonkan pola hidup yang bukan sederhana.

5.3.5 Macam-Macam Paragraf
5.3.5.1 Berdasarkan sifat dan tujuannya
a. Paragraf pembuka
Tiap jenis tulisan pasti mempunyai paragraf yang membuka atau menghantar karangan itu, atau menghantar pokok pikiran dalam bagian karangan itu. Sebab itu, sifat-sifat dari paragraf semacam ini harus menarik minat dan perhatian pembaca, serta sanggup menyiapkan pikiran pembaca kepada apa yang segera diuraikan. Paragraf pembuka yang pendek jauh lebih baik pengaruhnya terhadap pembaca, karena paragraf pembuka yang panjang lebar justru akan lebih cepat mendatangkan kejemuan pada pembaca.
Alat untuk menimbulkan minat para pembaca, yang dapat dipergunakan dalam sebuah paragraf pembuka, dapat berbeda-beda pula berdasarkan jenis karangan itu sendiri. Namun ada beberapa cara yang dapat dianjurkan, misalnya: “Mulailah dengan sebuah kutipan, peribahasa atau anekdot; atau mulailah dengan membatasi arti dari pokok atau subyek tersebut; menunjukkan mengapa sumbyek itu sangat penting; membuat tantangan atas suatu pernyataan atau pendapat; menciptakan suatu kontras yang menarik; mengungkapkan pengalaman pribadi, baik yang menyenangkan maupun yang pahit; menyatakan maksud dan tujuan dari karangan itu; atau dapat juga membuat karangan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
Perhatikan bagian pendahuluan kutipan tulisan berikut ini.
Tak terasa, tahun 2004 telah kita lalui dan kini kita sudah memasuki tahun 2005. berbagai cara dilakukan orang untuk memulai tahun 2005. Tiap pergantian tahun, banyak orang merenung. Merefleksikan diri. Mengevaluasi langkah dan semua perbuatan yang sudah dilakukan untuk memperbaikinya agar mencapai hasil yang lebih baik di tahun yang baru.
Apa yang perlu menjadi catatan besar sebagai bahan evaluasi untuk jadi cermin agar bangsa ini menjadi lebih baik di tahun mendatang? Ada prestasi. Ada cacat. Kelebihan dan kekurangan perlu diperbandingkan, lalu dicari benang merah untuk menjadi lebih baik lagi. Kita patut memberikan apresiasi setinggi langit terhadap perilaku politik rakyat negeri ini yang sangat beradab pada saat terlibat persaingan dalam pemilihan legislatif dan eksekutif 2004.
Untuk kali pertama, pemilu di negeri ini tidak ada saling tonjok. Tidak ada bakar membakar. Juga tidak ada korban jiwa yang mati sia-siakarena dukung-mendukung calon wakil rakyat atau calon presiden. …
(Tajuk Rencana Rakyat Bengkulu. Senin 3 Januari 2005)

Paragraf pertama dari kutipan di atas, yang merupakan paragraf pembuka, membahas gagasan pokok yakni suasana pergantian tahun. Sebenarnya kutipan di atas seluruhnya merupakan pendahuluan dari sebuah tajuk rencana. Namun demikian, bagian itu sendiri dapat dibagi lagi atas paragraf pembuka dan paragraf-paragraf lainnya sebagai yang akan diuraikan di bawah.
b. Paragraf penghubung
Yang dimaksud paragraf penghubung adalah semua paragraf yang terdapat di antara paragraf pembuka dan paragraf penutup. Inti persoalan yang akan dikemukakan penulis terdapat dalam paragraf-paragraf ini. Sebab itu, dalam membentuk paragraf-paragraf penghubung harus diperhatikan agar hubungan antar paragraf dengan paragraf teratur, serta disusun secara logis.
Sifat paragraf penghubung tergantung pula dari jenis karangannya. Dalam karangan-karangan yang bersifat deskriptif, naratif dan eksposisi, paragraf-paragraf itu harus disusun berdasarkan suatu perkembangan yang logis. Bila uraian itu mengandung pertentangan pendapat, maka beberapa paragraf disiapkan sebagai dasar atau landasan, untuk kemudian melangkah kepada paragraf-paragraf yang menekankan pendapat pengarang.
c. Paragraf penutup
Paragraf penutup merupakan pengunci yang menutup sebuah karangan. Dengan kata lain, paragraf ini mengandung kesimpulan pendapat dari apa yang telah diuraikan dalam paragraf-paragraf penghubung.
Seperti halnya paragraf pembuka dan paragraf penghubung, paragraf penutup berbeda-beda pula menurut jenis karangannya. dalam membicarakan pokok-pokok ilmiah atau politis, maka ramalan masa depan merupakan suatu konklusi yang sangat baik. Dalam karangan-karangan yang diskursifatau kontroversial di mana dikembangkan pikiran-pikiran atau argumen-argumen yang segar, maka kesimpulan yang paling baik adalah ringkasan persoalan dijalin dengan pandangan pribadi penulis. Dalam biografi, penilaian terakhir atas karya dan pengaruh orang tersebut merupakan kesimpulan yang paling baik. Dalam uraian-uraian mengenai pergerakan atau suatu aktivitas yang khusus, misalnya perlawatan, darmawisata dan sebagainya, maka tidak ada persoalan dalam kesimpulannya.
Namun, apapun yang menjadi topik atau tema dari sebuah karangan, harus tetap diperhatikan agar paragraf penutup tidak boleh terlalu panjang, tetapi juga tidak berarti bahwa paragraf tersebut tiba-tiba dapat diputuskan begitu saja. Hal paling esensial adalah bahwa paragraf itu harus merupakan suatu kesimpulan yang bulat dan betul-betul mengakhiri uraian itu, serta dapat menimbulkan banyak kesan pada para pembacanya.
Kita perhatikan paragraf penutup berikut ini.

Sampai akhirnya sekarang kita harus berhadapan dengan bencana tsunami di Aceh. Banyak sekali kritik yang menuding lemahnya koordinasi pemerintah. Banyak orang swasta yang terlibat dalam operasi bantuan untuk Aceh menjadi kebingungan. Sebagian besar keluhannya adalah ketidakjelasan komando.
Inikah efek samping dari pergulatan yang tak tampak tadi? Apakah negeri ini saat ini tengah memiliki matahari kembar? Inilah isu politik yang menarik untuk kita cari jawabnya di tengah-tengah getirnya duka lantaran musibah tsunami.
(KONTAN No. 15 Tahun IX, 17 Januari 2005)

5.3.5.2 Berdasarkan jenis karangannya
Karangan dapat dibeda-bedakan atas beberapa macam penggolongan. Dapat dibedakan atas karangan prosa dan karangan puisi. Dapat dibedakan atas karangan ilmiah dan karangan non-ilmiah. Dapat pula dibedakan karangan fiksi dan non-fiksi. Dan masih bisa dibedakan atas penggolongan lain lagi, sesuai dengan kebutuhan pengarangnya.
Pada buku ini, kita akan menggolongkan jenis karangan berdasarkan pola pengembangan gagasannya, yaitu karangan yang berbentuk narasi (cerita), bentuk deskripsi (lukisan), bentuk eksposisi (paparan), dan bentuk argumentasi (persuasi). Keempat bentuk tersebut terkadang amat sulit dibedakan satu sama lain, karena batasan masing-masing bentuk acapkali kabur. Sebuah karangan yang berbentuk narasi, misalnya, kadang-kadang juga mengandung ciri-ciri karangan deskripsi atau eksposisi, atau bahkan mengandung dialog yang isinya justru saling adu argumentasi terhadap suatu hal – suatu ciri bentuk karangan argumentasi.
Berikut ini dipaparkan bentuk dan ciri-ciri yang membedakan keempat bentuk karangan tersebut.
a. Paragraf narasi
Karangan narasi adalah karangan yang menceritakan satu atau beberapa kejadian dan bagaimana berlangsungnya peristiwa-peristiwa tersebut. Kalimat-kalimat dalam paragraf narasi yang berisi rangkaian kejadian atau peristiwa biasanya disusun menurut urutan waktu (kronologis).
Isi paragraf (karangan) narasi boleh tentang fakta yang benar-benar terjadi, boleh pula tentang sesuatu yang khayali. Otobiografi atau biografi seorang tokoh terkenal biasanya ditulis dalam bentuk narasi, dan isi karangan itu memang benar-benar nyata atau berdasar fakta sejarah yang tidak dibuat-buat. Tetapi cerpen, novel, hikayat, drama, dongeng, dan lain-lain seringkali hanyalah hasil kreasi daya khayal seorang pengarang, yang sebenarnya cerita itu sendiri tak pernah terjadi.
Berikut ini adalah karangan narasi yang terbentuk dari rangkaian paragraf-paragraf naratif.
Bagi Edie Haryoto (Direktur Utama Angkasa Pura II) sembilan hari pertama berada di Banda Aceh merupakan pengalaman yang tidak bisa dilupakan. Sebagai gelombang pertama yang masuk Aceh untuk menyiapkan bandara sebagai satu-satunya gerbang masuk Serambi Mekah saat itu, kerjanya tak cukup memerintah karyawan. “Saya juga turun tangan, karena karyawan Angkasa Pura di sana sibuk mengurusi keluarganya yang hilang”, ujar mantan Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia itu.
Masih menyisakan sepasang mata kemerah-merahan yang menampakkan kelelahan, bagi Edie bekerja di Aceh tak memandang pangkat. Lantaran keadaan yang kacau dan darurat, sebagai direktur utama pun sekaligus ia menjadi kuli. “Saya ikut menurunkan semua bantuan supaya pesawatnya segera pergi” ungkapnya. pasalnya, tenaga sukarela untuk menurunkan berton-ton bantuan boleh dibilang sangat minim. Padahal, kalau pesawat tak segera pergi, itu berarti menghambat pesawat lain yang mau masuk.
Tugas nonoperasional justru paling menyita perhatiannya. Di kompleks bandara ada ribuan pengungsi. Beberapa diantaranya perlu segera mendapat perawatan medis. Sebagai penguasa bandara, Edie harus mengatur pengiriman orang sakit yang mesti segera ditangai rumah sakit. “Kita selalu menitipkan orang sakit ke semua pesawat yang bakal keluar dari Aceh, entah itu asing maupun nasional”, katanya. Terserah mau dibawa ke mana saja. Pokoknya harus diurus terlebih dahulu supaya selamat.
(KONTAN No. 15 Tahun IX, 17 Januari 2005)
b. Paragraf deskripsi (lukisan)
Karangan deskripsi selalu berusaha melukiskan dan mengmukakan sifat, tingkah laku seseorang, suasana dan keadaan suatu tempat atau sesuatu yang lain. Misalnya, suasana kampung yang begitu damai, tenteram, dan saling menolong, dapat dilukiskan dalam karangan deskripsi. Juga suasana hiruk pikuk ketika terjadi kebakaran, dapat pula disajikan dalam bentuk deskripsi.
Lukisan dalam karangan deskripsi harus diupayakan sedemikian rupa, agar pembaca seolah-olah melihat sendiri apa yang kita lukiskan tersebut. Sudah tentu, menyusun karangan deskripsi membutuhkan keterlibatan emosi (perasaan) pengarang.
Dalam karangan deskriptif, untukmemperoleh kesan “hidup” perlu dilukiskan bagian-bagian yang dianggap penting sedetail mungkin. Kalau melukiskan betapa mengerikannya tersesat di hutan, maka situasi hutan yang dapat menimbulkan kengerian itu harus dilukiskan selengkap-lengkapnya, sehingga pembaca dapat membayangkan bagaimana jika dia sendiri yang tersesat di situ.
Selain detail-detail, urutan waktu dan urutan ruang dalam karangan deskripsi harus pula dilukiskan sebaik mungkin. Karena urutan waktu dan urutan ruang yang tidak dilukiskan dengan baik, dapat membawa akibat kesatuan lukisan tidak terjamin. Perhatikan contoh rangkaian paragraf deskriptif berikut ini.
Jalan dari Padang ke Kalumbuk Pauh IX berkelok-kelok. Melewati sawah yang subur dan kincir air. Lalu membelok melalui jalan setapak. Sampailah ke sebuah “rumah“ yang terbuat dari dinding pelupuh (bambu yang diketok), asal menempel pada tiang yang lapuk. Rumah panggung yang amat sederhana. Angin dengan sangat leluasa menerpa rumah yang berukuran 7 x 6 meter ini, berlubang pula. Kalau duduk di lantai kayu pinang, langit yang tinggi akan kelihatan. Dan jika hujan, air pun tercurah dengan leluasa. Inilah rumah keluarga Thaher, yang dihuni oleh tujuh orang. rumah itu tidak jauh bedanya dengan …kandang sapi.
Seorang anak perempuan turun dari rumah panggung ini dengan meraba-raba. Ah, lantai panggung ini memang tidak rapat, karena ketiadaan uang. Si gadis harus memasak, kerja rutin yang menjadi kewajibannya. Dapurnya hanya di sudut rumah, persis di bawah tiang penyangganya, dengan dinding ilalang yang tidak rata. Hanya ada sebuah panci uintuk menanak nasi dan sebuah wajan penggoreng. Itu saja kekayaan dapurnya karena yang dimasak pun tidak ada, dan Usnidar si gadis, dengan tekun bekerja dalam kegelapan, tanpa mengeluh, tanpa banyak bicara.
Kemudian keluarlah Afrizal, dengan senyum mengembang, menyambut cerahnya pagi yang dirasa melanda kulitnya. Dengan sabar dia menuntun sepeda yang sudah usang, berjalan tertatih-tatih juga disusul pula oleh adiknya yang bernama Yurnalis dan Sardiwal. Setiap pagi Afrizal harus berjualan es, untuk ikut menunjang kehidupan keluarganya. Dia terpaksa berjualan, walaupun matanya tidak melihat. Setiap hari dari hasil mereka ke seluruh desa, anak ini mengantongi uang Rp 3. 000, 00 dan keseluruhannya diserahkan kepada ayahnya, untuk dibelanjakan. Apa dosa kami?
Keluarga Thaher memang boleh dikategorikan keluarga yang amat papa dan menderita. Kebahagiaan Cuma hinggap sebentar saja dalam kehidupan keluarga. Ketika Pak Thaher yang buruh tani itu kawin dengan Yulisma –wanita yang berkulit langsat dan termasuk cantik di Kalumbuk– dia merasa amat bahagia. Orang tua yang menjodohkannya, dan ia bersyukur pada Tuhan. Apalagi ketika anak sulungnya lahir, lelaki. Anak ini diciuminya, dan terluncur kata-kata supaya anak lelakinya jadi anak yang sehat dan kuat untuk melindungi seluruh keluarga.
Kebahagiaan Thaher disempurnakan lagi. Isterinya mengandung dan lahirlah anak perempuan. Genap sudah apa yang dicita-citakannya; punya anak lelaki dan wanita. Tetapi sejak itu, datanglah malapetaka yang beruntun. Mak Utih (karena kulitnya putih) merasa setiap pagi matanya perih, tetapi siang hari menjadi terang lagi. Begitu sebulan terus-menerus , sampai akhirnya pada suatu pagi, ketika dia bangun dia melihat alam sekitarnya gelap. Utih menangis. Kenapa? Kenapa matanya tidak melihat apa pun juga?ah, betapa rindunya melihat anak wajah anak lelaki dan anak perempuannya. O, betapa mungilnya bayi cantik ini. Ah sekarang Utih hanya dapat meraba-raba saja.
……….
(Titie Said, “Keempat Anaknya Hidup dalam Kegelapan, ” Kartini no. 127)

Membaca rangkaian paragraf yang diangkat dari kisah nyata di atas, kita seakan turut menyaksikan atau bahkan merasakan penderitaan keluarga Thaher. Bentuk rumah dan kekayaan dapur yang dilukiskan pengarang cukup memberikan informasi kepada kita bahwa keluarga Thaher memang sangat prihatin.
c. Paragraf eksposisi (paparan)
Karangan eksposisi adalah karangan yang berusaha menerangkan suatu hal atau suatu gagaan. Dalam memaparkan sebuah ide pokok, kita dapat menjelaskan dan melengkapinya dengan memberi keterangan yang cukup atau dapat pula mengembangkannya sehingga menjadi luas dan gampang dimengerti.
Banyak topik yang bisa dikembangkan dengan jenis tulisan eksposisi, misalnya:
 Menjelaskan latar belakang pendirian perguruan tinggi.
 Memberikan petunjuk bagaimana proses jalannya sebuah mesin.
 Membuat laporan kuliah kerja lapangan, laporan studi banding, atau laporan praktik kerja lapangan (magang).
 Menguraikan perkembangan kebudayaan dan peradaban manusia.
 Proses pengolahan berita surat kabar. .
 dan lain-lain.
Seperti yang terdata di atas, salah satu bentuk karangan eksposisi adalah uraian tentang proses. Jika kita memaparkan tentang sebuah proses, misalnya proses pengolahan berita di surat kabar, maka baik sekali jika paparan disajikan dalam beberapa tahapan. Tiap tahapan diuraikan menurut urutan waktu. Yang dahulu didahulukan, yang kemudian dikemudiankan. Tiap langkah dipaparkan sejelas-jelasnya sehingga pembaca dapat mengerti.
Supaya paparan bertambah jelas, perlu dipergunakan contoh-contoh, ilustrasi, gambar-gambar, tabel, diagram, peta, denah, dan sebagainya. Oleh karena itu jika hendak memaparkan sesuatu hal atau gagasan, hendaknya hal atau gagasan itu kita kuasai betul-betul.
Mari kita ikuti contoh rangkaian paragraf eksposisi berikut ini.
Manusia kuno hidup secara berpindah-pindah. Mencukupi kebutuhannya dengan cara berburu, mencari ikan, atau memetik buah-buahan yang tumbuh liar di hutan-hutan. Kemudian, diperkirakan sekitar akhir milenium keempat, manusia mulai melepaskan cara hidup yang berpindah-pindah dan mulai hidup sebagai koloni yang menetap. Pada saat itu mulailah apa yang kita sebut peradaban menetap dengan pertanian sebagai mata pencaharian pokok mereka. Bertani pun sudah dilakukan secara menetap.
Kemudian, masuklah peradaban baru yakni peradaban dagang dan industri yang terjadi pada saat orang mulai mengenal pasar. akibat masuknya peradaban baru ini maka seluruh wajah masyarakat berubah. Orang mulaikenal untung rugi, persaingan, penumpukan modal, dan perluasan usaha. Orang mulai menerapkan prinsip-prinsip dasar ekonomi dalam usaha mereka. Orang berpikir bagaimana dapat memperoleh keuntungan semaksimal mungkin dengan biaya yang terbatas. Orang berpikir bagaimana dapat memperoleh keuntungan dalam jumlah tertentu dengan cara menekan biaya serendah mungkin. Inilah prinsip dasar ekonomi.
Bagaimana peradaban dagang dan industri ini muncul, dilukiskan oleh Childe sebagai berikut. Semula masyarakat tani dari peradaban agraris memproduksi setiap tahunnya hasil pertanian yang berlebihan dengan maksud untuk persediaan nanti di musim paceklik. Cara berproduksi demikian ini menimbulkan suatu motivasi baru untuk sengaja menimbun hasil surplus tersebut di gudang-gudang sebagai persediaan bagi kelompok masyarakat dari lain tempat yang lebih membutuhkan karena sebab-sebab tertentu. Maka mulailah apaya yang kita kenal dengan “transaksi dagang”. Hasil pertanian menjadi bahan utama yang diperdagangkan dengan cara menukarnya dengan barang-barang lain, yakni barang-barang industri. . . (P. Wiryono, “Keadilan buat Sang Petani”, Basis, Pebriuari 1978).

Fragmen di atas memaparkan tentang perkembangan cara hidup manusia, dari cara hidup yang berpindah-pindah pada manusia kuno, lalu mulai menetap dan hidup dari pertanian yang menetap pula, kemudian masuk peradaban dagang dan industri yang masih sangat sederhana. Dari contoh itu, kita menjadi tahu proses perkembangan cara hidup manusia yang berangsur-angsur maju setapak demi setapak, seirama dengan perkembangan zaman dan keadaan.
d. Paragraf argumentasi (persuasi)
Paragraf argumentasi atau persuasi merupakan jenis karangan yang paling sukar bila dibandingkan dengan tiga jenis yang telah diuraikan di muka. Tetapi hal itu tidak berarti bahwa jenis karangan argumentasi ini lebih penting dan lebih berharga daripada jenis karangan narasi, deskripsi, atau eksposisi. Karangan argumentasi lebih sukar karena pada jenis karangan ini pengarang wajib mengemukakan argumentasi (alasan), bukti atau contoh yang dapat meyakinkan, sehingga terpengaruh dan membenarkan gagasan, pendapat, sikap, dan keyakinannya.
Untuk meyakinkan orang lain agar terpengaruh dan kemudian bertindak seperti yang diinginkan, tentu ada persyaratannya. Pengarang harus berpikir secara kritis dan logis. Dia harus terbuka menerima pendapat orang lain, lalu menganalisis dan mempertimbangkannya secara baik dan rasional. Agar apat mengajukan argumentasi, pengarang sudah pasti harus memiliki pengetahuan dan pandangan yang cukup luas tentang hal yang diperbincangkan. Kelogisan berpikir, keterbukaan sikap dan keluasan pandangan terhadap masalah yang diperbincangkan , akan banyak sekali peranannya untuk mempengaruhi orang lain. Maka ini semua merupakan persyaratan yang diperlukan untuk membikin karangan argumentasi.itulah sebabnya, tadi dikatakan karangan argumentasi atau persuasi itu lebih sukar. Kecuali lebih sukar, karangan argumentasi juga lebih beresiko karena karangan ini berpendapat dan berusaha meyakinkan orang lain, maka sangat boleh jadi pengarangnya berbeda atau bahkan berlawanan pendapat dengan pembaca. Sementara itu, jenis karangan narasi, deskripsi, atau eksposisi, resiko yang dihadapi dihadapi pengarang biasanya relatif lebih kecil.
Terhadap satu hal atau peristiwa yang sama, pembaca yang satu dengan yang lainnya bisa berbeda sikap atau pendapat. Masing-masing pihak mungkin memandang dari sudut pandangannya sendiri, sehingga sikap dan pendapatnya berlainan. Jangankan karena perbedaan sudut pandangan, dengan sudut pandangan yang sama pun, pembaca mungkin saja berbeda sikap dan pendapat terhadap sesuatu.
Perhatikan contoh karangan yang terbentuk dari rangkaian paragraf argumentasi berikut ini.
Di balik citranya sebagai salah satu negara kampiun modernisasi Asia, Singapura tetap mempertahankan keragaman budaya dan tradisi penduduknya. Warga singapura hidup dalam komunitas budaya, ras, etnik, serta agama yang berbeda-beda. Komposisi penduduk Singapura saat in terbagi atas etnik China (sekitar 78%), India (sekitar (6-7%) serta etnik lainnya (sekitar 1-2%).keragaman inilah yang teruis dipelihara dan menjadi salah satu hal menarik bagi wisatawan.
Ada banyak tempat yang bisa dikunjungi jika kita ingin melihat-lihat keunikan berbagai budaya di Singapura. Misalnya di kawasan Chinatown, kita bisa menemui deretan bangunan bergaya arsitektur oriental, terutama yang berusia tua. Kawasan ini juga terkenal sebagai tempat belanja favorit bagi warga Indonesia dengan kocek terbatas. Kaos, tas, aksesori dan hiasan, misalnya, dapat dibeli dengan harga relatif murah. Rata-rata barang di sini dijual per 3 buah seharga 10 dolar Singapura. Chinatown juga menarik sebagai tempat berburu makanan, karena di pusatnya ada lebih dari 100 kios yang menjual segala macam hidangan khas Singapura.
Kalau kita ingin mengalami lebih jauh tentang sejarah masuknya etnik China di Singapura dan bagaimana mereka berkembang, maka mengunjungi Chinatown Heritage Centre. Akan memberi banyak jawaban. Selain dokumen-dokumen sejarah masa lalu, di tempat semcam museum ini juga diperlihatkan benda-benda tradisional yang digunakan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari pada masa tersebut.
Agar suasana masa lalu tampak realistis, digunakan alat bantu audio dan visual. Misalnya saja, saat kita memasuki dapur, maka akan terdengar dialog orang sedang memasak dengan dilatari suara kayu yang terbakar di tungku api.
Selain Chinatown, kawasan lainnya adalah Little India yang sangat kaya warna. Konon, bagi yang pernah ke negeri Bollywood menyusuri Little India Arcade dan Camble Lane seperti berada di jantung India. Uniknya, sejarah Little India tercermin pada nama-nama jalannya. Di kawasan ini juga dijajakan berbagai pernak-pernik cinderamata khas India yang harganya relatif murah.
Dari Little India, kita bisa mengunjungi kawasan Arab Street di mana kita bisa melihat Masjid Sultan yang merupakan masjid tertua peninggalan Sultan Singapura yang dibangun sekitar 1824. Di sekitar kawasan ini terdapat kafe-kafe yang ramai dikunjungi, terutama oleh bangsa Melayu. (Kompas, Kamis 13 Januari 2005).

Rangkaian paragraf argumentatif di atas menguraikan keeleganan negara Singapura. Pembaca yang membaca tulisan tersebut diarahkan untuk menyetujui gagasan penulis tentang betapa menariknya Singapura sebagai obyek wisata belanja dan budaya. Berbagai bukti pendukung dikemukakan penulis untuk meyakinkan isi tulisannya, misalnya: komposisi penduduk, harga berbagai cinderamata, dan beberapa pusat warisan budaya. Karangan ini dimaksudkan untuk mempengaruhi pembaca agar mengetahui, tertarik, dan berkunjung ke Singapura.
5.4 Rangkuman
Paragraf adalah bagian wacana yang mengungkapkan satu pikiran atau satu tema yang lengkap dalam ragam tulis, yang ditandai oleh penulisan baris pertama yang menjorok ke dalam atau jarak spasi yang lebih. Dalam setiap paragraf hanya terdapat satu tema atau pokok pikiran. Tema atau pokok pikiran tersebut diperjelas dengan uraian-uraian tambahan dalam bentuk kalimat penjelas. Tema atau pokok pikiran bisa jadi muncul tersurat pada salah-satu kalimat yang terdapat didalam paragraf, yang lazim disebut sebagai kalimat utama.
Paling tidak terdapat tiga syarat yang harus dipenuhi dalam pembentukan paragraf. Tiga syarat tersebut adalah:
 Kesatuan yang dimaksud adalah bahwa semua kalimat yang membina paragraf itu secara bersama-sama menyatakan suatu hal, suatu tema tertentu.
 Koherensi yang dimaksud adalah kekompakan hubungan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain yang membentuk paragraf itu.
 Perkembangan penalaran yang jelas yaitu penyusunan atau perincian gagasan-gagasan yang membentuk paragraf itu.
Berdasarkan sifat dan tujuannya, paragraf dibedakan menjadi tiga macam, yakni: paragraf pembuka, paragraf penghubung, dan paragraf penutup. Sementara itu, berdasarkan jenis karangan, paragraf dapat dibedaklan menjadi: pargraf narasi, paragraf deskripsi, paragraf eksposisi, dan paragraf argumentasi.
5.5 Latihan
A. Jelaskan dengan kalimat Anda sendiri! Apa hakikat sebuah paragraf?
B. Terangkan dan beri contoh tiga syarat utama dalam membentuk sebuah paragraf!
C. Kembangkan kalimat inti berikut ini dengan kalimat penjelas agar menjadi sebuah paragraf yang baik.
 Benteng Marlborough merupakan salah satu potensi wisata sejarah yang belum tergarap maksimal.
 Pendangkalan alur laut Pelabuhan Pulau Baai mengganggu pasokan BBM di Propinsi Bengkulu.
 Fakultas Ekonomi UNIB diharapkan menjadi lembaga pencetak ekonom yang andal.
 Nilai ekonomi buah durian masih bisa ditingkatkan jika diolah menjadi berbagai produk olahan.
 Pemanfaatan internet dalam pengembangan usaha.
D. Tulislah sebuah karangan singkat tentang “Prospek bisnis ayam buras di Bengkulu”! Karangan Anda harus mengandung paragraf pembuka, paragraf penghubung, dan paragraf penutup.
E. Kembangkan ide pokok di bawah ini menjadi tulisan yang baik.
 “Bertualang di Bukit Kaba” menjadi karangan narasi.
 “Rumah pengasingan Bung Karno” menjadi karangan deskripsi.
 “Proses produksi lempuk durian” menjadi karangan eksposisi.
 “D-3 Akuntansi UNIB” menjadi karangan argumentasi.

5.6 Daftar Pustaka
Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Jakarta: Pusat Bahasa.
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Buku Praktis Bahasa Indonesia 1. Jakarta: Pusat Bahasa.
Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Jakarta: Pusat Bahasa.
Departemen Pendidikan Nasional. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Keraf, Gorys. 1989. Komposisi. Ende Flores: Nusa Indah.
Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik (edisi ketiga). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Lubis, A. Hamid Hasan. 1994. Glosarium Bahasa dan Sastra. Bandung: Angkasa.
Sugono, Dendy (editor). 2003. Buku Praktis Bahasa Indonesia 2. Jakarta: Pusat Bahasa.
Widagdho, Djoko. 1994. Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

This entry was posted on 03.24 and is filed under . You can leave a response and follow any responses to this entry through the Langganan: Posting Komentar (Atom) .

0 komentar